Pola Asuh Ibu, Optimalkan Kecerdasan Sosial dan Emosional Anak

Menyambut Peringatan Hari Anak Nasional, 23 Juli 2021. Tema HAN tahun 2021 adalah “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” dengan Tagline #AnakPedulidiMasaPAndemi.

0
560
keluarga vivit dina
Pola Asuh Ibu, Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah adalah kunci yang membentuk Kecerdasan Sosial dan Emosional Anak (foto : dok. Vivit Dina)

Tahun ini, ada 5 subtema peringatan hari anak nasional 2021, 1. Anak Cerdas Terliterasi, 2. Anak Gembira dengan Asah, Asih, Asuh, 3. Anak Sehat dan Gembira, 4. Anak Cerdas, Kreatif dan Informatif, 5. Anak Resiliensi Tangguh dengan Kasih sayang.  Dua Subtema dengan kalimat anak cerdas pada poin 1 dan 4 menginspirasi saya untuk membuat tulisan singkat tentang kecerdasan sosial dan emosional anak. Hal yang cukup menarik tentang kecerdasan anak adalah peran pola asuh ibu, termasuk isu yang berkembang mengenai pengaruh genetik dari sisi ibu terhadap kecerdasan anak.

Setiap anak adalah istimewa, mereka tak bisa dibandingkan karena masing-masing anak membawa kelebihan dan sifatnya masing-masing, tidak ada yang lebih hebat dari anak yang lain. Kecerdasan anak ditentukan oleh kombinasi pola asuh orang tua dan lingkungan dimana mereka berada. Bagaimana dengan kecerdasan sosial? Kecerdasan sosial cukup menentukan kemampuan anak untuk membina konsep diri dan mengendalikan emosi agar dapat menyesuaikan dalam lingkungan sosial. Perkembangan kecerdasan sosial juga dipengaruhi oleh didikan dan dorongan ibu, sejauh mana keberhasilan didikan ibu adalah sejauh mana keterlibatan dan peran ibu dalam kehidupan anak-anaknya.

Bahkan, isu berkembang bahwa secara genetis kecerdasan berasal dari ibu. Dilansir dari klikdokter.com, secara medis dalam hal pengaruh gen atau genetik terhadap kecerdasan anak, Gen memegang peranan penting, namun gen bukanlah segalanya. Genetik menyumbang sekitar 50% dari kecerdasan bawaan yang diturunkan dari orang tua, khususnya ibu. Variasi genetik seorang anak diturunkan atas kombinasi gen ayah dan ibu, namun tidak pada aspek kecerdasan. Secara biologis teori ini tidak terjadi. Perlu diketahui, bahwa gen kecerdasan terletak pada kromosom X dan perempuan memiliki dua kromosom tersebut. Sementara laki-laki hanya membawa satu kromosom X dan sisanya adalah kromosom Y. Karena perempuan membawa dua kromosom X, maka bisa dipastikan kalau anak-anak memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mendapatkan kecerdasan dari sang ibu. Apalagi hal ini berlaku buat anak laki-laki, karena dia hanya membawa satu kromosom X saja. Jadi sudah jelas bahwa sang ibulah yang menurunkan kecerdasannya kepada anak. Selain gen, 50 persen kecerdasan anak ditentukan oleh faktor lingkungan. 

Bagaimana dengan kecerdasan sosial anak? Pola asuh seorang ibu kepada anaknya menentukan bagaimana mental dan emosional anak dalam menghadapi tantangan hidupnya, paling dominan dalam masa kanak-kanak adalah menghadapi level pendidikan yang semakin tinggi. Seorang anak TK butuh kesiapan mental dan emosi ketika naik ke kelas SD misalnya. Santrock (2007) mengatakan, pola asuh disini dapat diartikan cara merawat dan mendidik anak oleh ibu yang dominan dengan cara yang terbaik, bertujuan menjadikan anak memiliki kecerdasan yang tinggi. Pola asuh ibu yang tepat akan membentuk anak yang memiliki kecerdasan sosial yang positif.

Apa sih kecerdasan sosial itu? Menurut Agustian, (2007), kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan sosialnya dengan intelegensi, menjaga keselarasan emosi, sosial, dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Ibu adalah pendidik pertama seorang anak. Disinilah peran penting ibu dalam optimalisasi kecerdasan emosional anak.

Pola asuh ibu yang tepat akan membentuk anak memiliki kecerdasan sosial positif.. Ibu merupakan pendidik yang paling utama, disusul kemudian lingkungan, baik itu lingkungan sekitar rumah, teman sebaya di sekolah dan guru. Bagi saya pendidikan ibu yang baik dan benar akan sangat berpengaruh pada perkembangan sosial anak. Kebutuhan yang diberikan melalui pola asuh ibu akan memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah bagian dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Pendidikan ibu yang baik dan benar bukan diartikan hanya sebagai pendidikan formal hingga perguruan tinggi, namun mencakup pendidikan budi pekerti, akhlak yang baik, sikap tanggung jawab, jujur dan kedewasaan emosi seorang ibu adalah yang utama membentuk karakter kecerdasan emosional anak.

Menurut Thorndike (1977), manusia mempunyai tiga macam kecerdasan yaitu: (1) Kecerdasan abstrak, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan memahami simbol matematis dan bahasa (2) Kecerdasan konkrit, yaitu kemampuan seseorang dalam memahami objek yang nyata (3) Kecerdasan sosial, yaitu kemampuan seseorang dalam memahami dan mengelola sebuah hubungan sosial. Kecerdasan sosial inilah menjadi akar kecerdasan emosional.

Apa pentingnya kecerdasan sosial dan emosional, terutama bagi anak? Kecerdasan sosial merupakan kemampuan sosial yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan sosial ini pertama kali diungkapkan oleh psikolog Peter Salovy dari Harvard University dan John Mayer dari University Of New Hampshire (Agustian, 2007).

Hasil penelitian yang diungkapkan sebelumnya bahwa kecerdasan intelektual hanya memberikan kontribusi 20% terhadap kesuksesan hidup seseorang. Sementara 80% sangat tergantung pada kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual. Bahkan dalam keberhasilan di dunia kerja, kecerdasan intelektual hanya memberikan kontribusi sebanyak 4% saja. Mengapa demikian?, seseorang yang mempunyai kecerdasan sosial yang baik akan mempunyai banyak teman, pandai berkomunikasi, mudah beradaptasi dalam sebuah lingkungan sosial, dan hidupnya bisa bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. kemampuan seperti itulah yang dibutuhkan oleh anak kita agar kelak lebih mudah dalam menghadapi tantangan kehidupan pada zaman yang semakin ketat dalam persaingan. Dengan demikian anak kita akan lebih mudah dalam meraih kesuksesan.

Kedekatan seorang ibu dengan anaknya dimulai semenjak dalam kandungan. Selama dalam kandungan, seorang anak mempunyai hubungan fisiologis maupun psikologis yang tidak dapat dipisahkan dengan ibunya. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa keadaan psikis mental seorang ibu sangat berhubungan dengan anaknya. Ketika seorang ibu merasa bahagia, rileks, dapat menjalin hubungan komunikasi yang nyaman dengan suaminya (ayah sang bayi), maka akan terlihat pula sikap dan kondisi psikis anak menjadi serupa dengan ibunya yakni anak tampak ceria, nyaman dan mampu mengeksplorasi dengan baik hal-hal yang ada di sekelilingnya.

Sebaliknya, ketika seorang ibu stres, cemas, takut, tidak mampu berpikir jernih, mengalami emosi yang tidak stabil, maka anak akan memperlihatkan sikap yang tidak menyenangkan, seperti rewel, melawan, tampak mengalami ketakutan yang berlebihan dan sikap-sikap yang lain yang jika dibiarkan akan berakibat buruk bagi tumbuh dan berkembangnya anak. Disinilah sesungguhnya peran ibu sangat penting bagi pendidikan anak-anaknya. bukan berarti peran seorang ayah tidak penting. Namun harus diakui bahwa kedekatan seorang ayah kepada anaknya biasanya berkurang karena terjadi dua faktor eksklusif (tidak mengandung dan menyusui anaknya), juga karena secara waktu biasanya seorang ayah ternyata masih kalah dengan ibunya yang lebih banyak dekat dengan anak-anaknya.

Bagaimana dengan faktor lingkungan? Sekolah tingkat dasar (PAUD-TK-SD) adalah lingkungan anak yang menentukan hampir 50% tingkat kecerdasan sosial dan emosional anak. Ya, karena aktifitas sehari-hari anak selain di rumah dengan asuhan ibu, adalah di sekolah dengan asuhan guru, dan pergaulan dengan teman sebayanya. Maka pola asuhan dan kurikulum serta lingkungan sekolah yang baik menentukan pula kecerdasan emosional anak secara umum.

Kecerdasan sosial anak-anak sangat penting untuk perkembangan pribadi anak-anak secara menyeluruh. Kecerdasan sosial menentukan kemampuan anak-anak untuk membina konsep diri dan mengendalikan emosi agar dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan, supaya dapat diterima dan dihargai. Perkembangan kecerdasan sosial dipengaruhi oleh didikan dan dorongan ibu, sejauh mana keberhasilan didikan ibu adalah sejauh mana keterlibatan dan peran ibu dalam kehidupan anak-anaknya. Setiap ibu punya cara tersendiri untuk membantu perkembangan anak-anaknya, sehingga menjadi sangat bijak jika sebagai ibu harus dapat memberikan pola asuh positif yang terbaik untuk anak.

Kembali pada tema peringatan Hari Anak Nasional 2021, Menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengatakan bahwa pelaksanaan HAN tahun ini menghadapi tantangan karena adanya pandemic Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia yang berimplikasi pada masyarakat, terutama anak, mengalami berbagai persoalan seperti masalah pengasuhan bagi anak yang orangtuanya positif COVID-19, kurangnya kesempatan bermain dan belajar serta meningkatnya kasus kekerasan selama pandemic sebagai akibat diterapkannya kebijakan jaga jarak maupun belajar dan bekerja di rumah. Berdasarkan tantangan tersebut, maka tema HAN tahun 2021 adalah “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” dengan Tagline #AnakPedulidiMasaPAndemi.

Selamat hari anak nasional, terima kasih kepada semua ibu -ibu hebat yang mendedikasikan hidupnya melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Penulis : Vivit Dinarini Atnasari, Pegiat Sosial, Ketua Yayasan Al Jannah, Penyelenggara Pendidikan Dasar Sekolah Terpadu Bina Anak Sholeh (BIAS) Rembang

Referensi :

klikdokter.com, Santrock, J., W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga, Agustian, A., G. (2007). ESQ: Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga Wijaya Persada, Thorndike, E.L., & H.P. Hagen. (1977) Measurement and Evaluation in Psychology and Education. New York: John Wiley, Pedoman Peringatan Hari Anak Nasional, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here