Menyambut peringatan hari Koperasi 12 Juli 2021, redaksi kartinitv.com bersilaturahmi di kediaman H.M Atna Tukiman, SE, ketua Parlemen Koperasi Bhina Raharja sekaligus owner dari beberapa perusahaan Bhina Group. Kami berbincang di kantornya, di area gedung Bhina Raharja Rembang. Di bangunan kantor yang sederhana tepat bersebelahan dengan musholla yang sejuk dibawah rindangnya pohon mangga, kami berbincang cukup lama. Kami sengaja ingin mengulik kisah pribadi Atna Tukiman selain dari sisi prestasinya sebagai tokoh penggerak perekonomian dan pengusaha di berbagai bidang. Beliau menuturkan bahwa generasi-generasi muda sekarang ini perlu tahu tentang semangat dan karakter wirausaha agar mampu bersaing dan bermanfaat di era pembangunan 4.0 saat ini.
Banyak kisah filosofis yang menginspirasi keberhasilan seorang wirausahawan seperti beliau. Di usia yang tidak lagi muda, Atna Tukiman masih fokus dan detail mengingat kisah perjalanan hidupnya, ditemani putri cantiknya Vivit Dinarini Atnasari, Atna Tukiman menuturkan kisah lengkapnya, secara eksklusif untuk kartinitv.com.


Tukiman Kecil dan Tukiman Muda.
Pagi itu, dengan lubang hidung menghitam bekas residu lampu senthir (uplik/lentera), Tukiman kecil, kelas 2 Sekolah Dasar (dulu SR) berangkat mandi ke mbelik “watulelo”, sebuah sumber air yang sangat jernih. Belum ada sabun dan shampoo, hanya ada batu untuk menggosok tubuh dan tanah liat untuk membersihkan rambut. Dengan seragam sekolahnya yang gantung kepoh (satu satunya), berlarian bersama teman-temannya menuju sekolah. Hari itu ada ulangan, Tukiman kecil yang cerdas dapat nilai 10 alias sempurna. Tulisan nilai sepuluh yang ditulis gurunya diatas sabak (papan tulis kecil dari batu karbon) menggunakan grip (semacam pensil) itu kemudian ditempel di pipinya, dipamerkan kepada kedua orang tuanya dirumah.
Atna Tukiman lahir pada 11 Mei 1958, di Dukuh Sambeng Kulon, Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul. Sebuah desa damai dengan kewibawaan pegunungan di belahan jawa bagian selatan. dari seorang ibu bernama Mukiyem, seorang perempuan lugu dari Gunungkidul dan Bapak seorang petani yang bernama Wartorejo.
Atna Tukiman menceritakan indahnya kehidupan masa kecilnya, hidup dalam kesederhanaan dengan kekayaan limpahan kasih sayang dari orangtua dan kebersahajaan alam Gunung Kidul. Nasi tiwul makanan pokok sehari-harinya, tiada listrik dan lampu penerangan, hanya senthir yang menemani waktu belajarnya di malam hari. Sekolah adalah aktifitasnya yang paling menyenangkan, meski tanpa sepatu dan seragam sekolah hanya satu.
Di masa kecilnya, tidak banyak waktu yang dihabiskan untuk bermain, karena harus membantu orang tua untuk bekerja selepas sekolah. Tumbuh sebagai anak mbarep (anak pertama) yang jadi panutan adik-adiknya, tukiman bertekad harus selalu baik dalam segala hal. Berusaha sempurna dalam segala tugas dan santun dalam bertingkah, dia sadar harus benar-benar jadi cerminan saudara-saudaranya yang lebih muda.
Ada kisah masa kecilnya yang paling berkesan dan membekas serta menginspirasi di hampir seluruh kehidupannya hingga sekarang. Tentang ayam pemberian ayahnya ketika Tukiman kelas 5 SD. Ayam itu dipelihara hingga beranak pinak, menjadi banyak. Suatu hari beberapa anak ayam itu mengotori pekarangan tetangga, Tukiman kecil pun merasa sangat bersalah karena kelakuan ayam itu. Sejak itu dia bertekad lebih serius memelihara ayam ayam itu, mengembangkannya menjadi lebih banyak dan menjaganya jangan sampai merugikan tetangga sekitar. Ayam yang semakin banyak itu kemudian dijual untuk membeli kambing, diternakkan kembali menjadi banyak kambing, digaduhkan ke tetangga sekitar hingga beranak pinak, kemudian beberapa kambing itu ditukar menjadi sapi.
4 ekor kambing lainnya dijual untuk membeli sebuah sepeda, ya sepeda yang bersejarah menjadi saksi perjuangan kala sekolah di SMEA Sanjaya Ngawen Gunungkidul. Sepeda itu tidak hanya untuk sekolah, ada bronjong di belakang sadelnya untuk mengangkut daun jati, kayu bakar hasil tebangan dari tegalan untuk dijual di pasar. Masa remaja Atna Tukiman, selain sekolah adalah berjualan kayu bakar di pasar dan membantu bapak mencangkul, ngarit, matun dan ngluku di sawah.


Selepas SMEA, karir pertama Atna Tukiman adalah menjadi karyawan di Kosipa MKGR (Musyawarah Kerja Gotong Royong) dibawah managemen Yayasan Kerta Raharja cabang Brebes, hari itu tepat 1 Maret 1978. Tidak ada setahun, ia dipindahtugaskan ke Jawa Timur, 9 Januari 1979 tepatnya. Tak berselang lama, pada 14 November 1979 Atna Tukiman dipindahkan ke cabang Surabaya, namun pada 23 April 1980, ia diperbantukan di kantor cabang Tuban hingga 3 Januari 1981 kembali ke cabang Surabaya. Jauh dari kampung halaman, pastilah menimbulkan kerinduan. Kerinduan kepada kampung halaman itu diekspresikan Atna melalui tulisan puisinya. Ada puluhan puisi yang ditulis sepanjang dia bekerja di situbondo, Surabaya, Tuban dan Bojonegoro, salah satunya berjudul “Bukit Bayangan”, ekspresi kerinduannya kepada Gunungkidul.


Kegigihan dan ketekunannya bekerja, mengantarkan Atna Tukiman pada puncak karirnya sebagai pimpinan cabang Koperasi di Bojonegoro, 24 Juli hingga 9 November 1982. Perusahaan berkembang pesat dibawah komandonya. “kegiatan sehari-hari saya isi dengan bekerja dan bekerja, saya masih muda waktu itu dan ingin berkarier secara maksimal, tak pernah sedikitpun saya tinggalkan tanggung jawab pekerjaan, bahkan kantor laksana seperti rumah, saya merasa disitulah tempat paling efektif untuk mewujudkan impian” Terang Atna Tukiman.
Setelah Bojonegoro, Atna Tukiman dipindahkan ke anak perusahaan lain di Kalijambe Sragen, tidak lama berselang, pada 7 November 1983, dia ditarik ke kantor cabang Surakarta. Di surakarta inilah akhir perjalanan Atna Tukiman sebagai pegawai Koperasi di Yayasan Kerta Raharja. Pengalaman suksesnya sebagai Pimpinan Cabang Bojonegoro memberinya bekal inspirasi untuk berdiri sendiri, berwirausaha mengembangkan usaha yang sudah ditekuni dan dikuasai. Maka pada 12 Juli 1984, secara resmi Tukiman Muda mengundurkan diri dari Yayasan Kerta Raharja, perusahaan yang dia anggap sebagai kawah candradimuka, yang menggemblengnya menjadi seorang pekerja tangguh.
Rembang, Keluarga dan Bhina Raharja
“16 Juli 1984, saya hijrah ke Rembang, kenapa Rembang? karena sepanjang karir saya sebagai Pimpinan Cabang Bojonegoro, saya sangat mengenal potensi usaha di wilayah Rembang, sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan bojonegoro. Saya sudah pelajari kondisi dan potensi Rembang sebagai wilayah yang menjanjikan untuk mengembangkan usaha”.
Memulai usaha dari nol di Rembang, Atna Tukiman justru menemukan hal paling berharga dalam hidupnya bukan dalam bentuk materi atau karier gemilang, namun jodohnya yang hingga kini setia menemani. 17 Juli 1985 Atna Tukiman resmi menikah dengan Sri Atun, perempuan sederhana pemilik rumah kontrakan di Jalan Notoprojo Rembang (dulu bernama Jalan Sareyan) dimana Atna Tukiman Ngontrak dirumah tersebut. Sri Atun Muda adalah anak yatim piatu yang tinggal dengan keponakan Laki-lakinya bernama Feronia Helgrimanto (Oni). Keponakan laki-laki itu diasuh oleh Sri Atun sejak berumur 40 hari karena orang tuanya telah meninggal dunia.
Dari pernikahannya, Atna Tukiman dikaruniai seorang Putri yang lahir pada 6 Juni 1986, diberi nama Vivit Dinaniri Atnasari dan seorang Putra yang diberi nama Bayu Veriwijaya, lahir pada 16 September 1988. “bagi saya, keluarga adalah motivator terhebat. Mereka adalah sumber kebahagiaan, sumber inspirasi dan yang saya yakini, berkah rejeki yang mengalir dari Tuhan YME adalah melalui perantaraan dukungan keluarga”.
8 Mei 1994, Koperasi Serba Usaha (KSU) Bhina Raharja terbentuk, embrionya dari sebuah rapat kecil perkumpulan beberapa pengrajin gerabah di Kelurahan Sidowayah Kec. Rembang. Rapat ini berlangsung di Kantor Kelurahan Sidowayah Rembang. Bhina Raharja bergerak di beberapa unit usaha diantaranya pertokoan, angkutan, jual beli motor dan simpan pinjam.
Keberhasilan dan kemajuan perusahaan (Bhina Raharja) bukanlah bersifat instan, ada proses belajar, ketekunan, kegigihan dan pantang menyerah untuk terus mengembangkan usaha. Atna Tukiman menjalani proses itu dengan sabar. Mengikuti berbagai seminar dan pelatihan pengembangan per koperasian, adalah kegiatan rutin yang selalu diikuti untuk menambah pengetahuan mengembangkan usaha. Hari ini, KSP Bhina Raharja eksis di 52 cabang dan 31 cabang pembantu yang tersebar di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur, dengan jumlah karyawan sektar 970 orang.
Tahun 2008, atna tukiman mulai merambah ke bisnis SPBU, “waktu itu saya berpikir tidak sulit mengembangkan usaha SPBU karena sudah jelas konsumen dan pemasoknya, sehingga hanya memikirkan bagaimana cara mengelolanya saja” papar Tukiman. Maka berdirilah PT. Bhina Migas yang mengelola pemasaran minyak dan gas dari pemerintah bekerjasama dengan Pertamina yang hingga hari ini sudah berkembang di beberapa lokasi termasuk beberapa unit SPBE.
Besarnya potensi wisata di Kabupaten Rembang, kemudian menarik minat Atna Tukiman bekerjasama dengan Archipelago International untuk mengelola sebuah Hotel yang dibangun oleh PT. Ndalem Tentrem, anak perusahaan Bhina Group yang bergerak di bidang Property, diresmikan pada tahun 2014, yaitu Fave Hotel Rembang.
Karakternya yang cerdas dan selalu ingin belajar, membuatnya termotivasi ketika mengetahui data bahwa ketersediaan bed perawatan di Rumah Sakit Rembang masih memiliki rasio 1 : 1.800, jauh diatas angka rasio ideal yang ditetapkan WHO (organisasi kesehatan dunia), yaitu 1 bed : 1000 penduduk. Dengan restu Pemerintah Kabupaten Rembang pada waktu itu, 27 Maret 2016 mulailah dibangun Rumah Sakit Bhina Bakti Husada, beralamat di Jl. Pemuda KM. 4 Rembang dan diresmikan pada 11 Mei 2018.
Salah satu hal yang saya syukuri adalah, kerja keras dan pengabdian itu bermanfaat bagi masyarakat dan membuahkan penghargaan. Saya masih ingat pada tahun 2018, pada acara Radar Kudus Award, pak Baehaqi, direktur Jawa Pos Radar Kudus dalam sambutannya mengatakan “Jawapos dan kita semua berkepentingan untuk memunculkan orang-orang luar biasa agar pembangunan terus berkembang dan memajukan masyarakat”. Malam itu saya menerima penghargaan sebagai “Tokoh Penggerak Pembangunan Daerah” dari Jawapos pada tahun 2018.
Menutup perbincangan kami, Peraih penghargaan Satyalancana Wira Karya 2019 dari Presiden Republik Indonesia ini berpesan kepada generasi muda untuk terus berusaha, jangan mudah menyerah. Serius dalam berusaha, terus belajar, jangan setengah-setengah. Kesuksesan bersumber dari perjuangan diri kita sendiri secara mandiri, dengan tetap menjaga hubungan silaturahmi yang baik dengan semua Pihak.
Selain penghargaan sebagai Tokoh Penggerak Pembangunan Daerah (Jawapos) dan Satyalancana Wira Karya (Presiden Jokowi), beberapa penghargaan lain yang diterima adalah sebagai berikut : 1. Penghargaan Bakti Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, dari kementerian Koperasi dan UKM tahun 2013; 2. The Best Trusted Credit Unions of The Year 2013, dari Indonesia Business Profesional and Education Awards 2013; 3. Executive and entrepreneur of years 2014, dari asosiasi UMKM Indonesia; 4. Penganugerahan Cipta Adikarya Pembangunan 2015, dari asosiasi UMKM Indonesia; 5. The Improvement Credit Unions of the year 2015, dari Indonesian Achievement and best performing award; 6. Penghargaan 100 Koperasi besar Indonesia, dari kementerian Koperasi dan UKM tahun 2015; 7. Tokoh Koperasi dan UMKM, dari PWI Jateng award 2017
Diolah dan Diproduksi oleh : kartinitv.com (2021); foto : kartinitv.com, Fb. Atna Tukiman, FB. Muhammad Supana